10/18/11

What is your dream job ?

Pekerjaan impian bagi setiap orang jelas berbeda-beda. Kriteria untuk pekerjaan impian pun bervariasi. Banyak orang yang menganggap gaji besar sebagai standar pekerjaan impian, tapi apakah hanya itu syarat sebuah pekerjaan bisa disebut sebagai pekerjaan impian?
Setelah menyelesaikan kuliah selama 4 tahun di Taiwan, saya dihadapkan pada suatu pertanyaan besar : "Apa yang akan saya kerjakan setelah selesai kuliah??" Saya yakin pertanyaan ini pasti sering dipikirkan oleh mahasiswa di tingkat akhir. Jawaban dari pertanyaan ini tidak terjawab bahkan sampai saat saya kembali ke Jakarta pada akhir Juli 2010.

Pertengahan Agustus saya mendapat pekerjaan pertama saya di sebuah perusahaan Taiwan di daerah Cikupa Tangerang yang bergerak di bidang industri insole sepatu. Setelah bekerja selama 10 bulan, saya merasakan kegelisahan yang tidak tahu dari mana asalnya. Saya mulai merasa tidak nyaman dengan pekerjaan saya di perusahaan itu. Alasan utamanya adalah lokasi pabrik yang terletak jauh dari tempat saya dibesarkan (Jakarta) maupun rumah tempat saya tinggal bersama keluarga (BSD). Dikarenakan letak perusahaan yang jauh, maka saya diberi fasilitas mess di dalam pabrik. Setelah pulang kerja, yang bisa saya lakukan hanya bermain internet di kantor dan pulang ke mess untuk tidur. Rutinitas seperti ini membuat saya tidak nyaman dan ingin mencari pekerjaan lain yang bisa membuat kehidupan saya lebih lively.

Awal Juni 2011, saya memulai pekerjaan baru saya di dunia tour and travel. Ini adalah bidang yang sudah tidak asing lagi karena saya adalah lulusan Sekolah Menengah Industri Pariwisata (SMIP). Walaupun salary di tempat baru ini tidak sebesar di perusahaan sebelumnya, saya merasa bahwa passion saya adalah di bidang ini. Oleh sebab itu saya langsung mengiyakan tawaran bergabung dengan salah satu travel agent di Jakarta.

Sampai saat ini, saya sudah bekerja di bidang ini kurang lebih 4,5 bulan dan tidak ada penyesalan yang saya rasakan karena telah melepas pekerjaan dengan salary yang lebih oke di kantor sebelumnya. Ada pepatah yang mengatakan "do what you love or love what you do", saya sendiri lebih memilih yang pertama karena akan sangat menyiksa dan membosankan pastinya saat kita terpaksa menyukai apa yang kita kerjakan hanya karena kita gak mampu untuk mencari pekerjaan yang lebih kita sukai.

Apakah pekerjaan ini adalah dream job saya? Sejujurnya saya tidak tahu, tapi yang saya tahu hanyalah saya telah mengikuti apa yang menjadi passion saya. Kepada siapa pun yang membaca tulisan ini, saran saya hanyalah follow your passion and success will definitely follow you.

Leia Mais…

5/20/11

EVA Factory - My first job

Berikut adalah gambaran tempat saya bekerja selama 10 bulan dari bulan Agustus 2010 sampai Juni 2011. Hasil produksi utama perusahaan ini adalah EVA (sejenis bahan foam yang sering digunakan dalam pembuatan insole sepatu). Melalui gambar-gambar di bawah ini, saya akan mencoba memberikan penjelasan mengenai situasi dan lingkungan tempat kerja saya ini.

1. Ruang kerja
Ini adalah ruang kerja saya di bagian Sales & Marketing di perusahaan ini. Di depan saya duduk Mr. Lu Hung Ta, Marketing Manager sekaligus pemegang saham dari perusahaan ini. Awalnya semua pekerjaan saya lakukkan sendiri, karena belum ada asisten yang cocok di bagian ini. Yang terlama hanya bekerja kurang dari seminggu saja. Di atas meja selalu tersedia kamus Mandarin - Indonesia - Mandarin yang sering saya gunakan jika ada istilah harus saya terjemahkan ke dalam bahasa Mandarin atau sebaliknya.

2. Lingkungan luar pabrik
a. tempat penimbunan sampah
Terlihat berantakan bukan?? Inilah sampah hasil produksi yang dibiarkan begitu saja di halaman perusahaan. Alasannya agak rumit namun menarik : perusahaan ini adalah perusahaan asing yang diberikan fasilitas "Kawasan Berikat" oleh Bea Cukai Indonesia. Sebagai Kawasan Berikat, semua keluar masuk barang baik itu mesin, bahan baku produksi sampai sampah hasil produksi harus dalam pengawasan petugas Bea Cukai dan harus membayar Bea Masuk yang ditangguhkan. Pihak perusahaan yang enggan membayar pajak tersebut pun memilih untuk meletakkan sampah-sampah tersebut di halaman perusahaan walaupun tentunya sangat merusak pemandangan. Sampai saya resign dari perusahaan ini (31 Mei 2011), belum ada tanda-tanda bahwa sampah ini akan diangkut. Perusahaan besar dengan investasi jutaan dollar tapi enggan membayar pajak sampah hasil produksi yang hanya sebesar jutaan rupiah. Cukup menarik 'kan?

b. tampak luar gedung utama pabrik









3. Lingkungan dalam pabrik- proses produksi EVA (kiri ke kanan)


















Secara garis besar, proses pembuatan EVA dapat digambarkan melalui gambar di atas. Pertama, semua bahan baku diaduk rata dalam mesin kneader yang fungsinya hampir sama dengan mixer saat kita membuat kue (gambar 1). "Adonan" yang telah diaduk selama kurang lebih 12 menit pun kemudian digiling menjadi lembaran-lembaran tipis yang ukurannya disesuaikan tergantung permintaan pembeli (gambar 2). Langkah selanjutnya adalah "memanggang" lembaran tersebut di dalam mesin press yang memiliki suhu 150-180 derajat Celcius. Suhu ini lah yang akan mempengaruhi kekerasan bahan EVA (gambar 3). Terakhir, lembaran-lembaran tersebut diiris dengan ketebalan berbeda menggunakan mesin splitting (gambar 4).

- Laboratorium
Dalam laboratorium ini terdapat berbagai macam alat yang fungsinya untuk melakukan pengetesan terhadap kualitas EVA yang dihasilkan. Biasanya yang dites adalah ; elastisitas, daya tahan, kekuatan dan berat jenis. Setiap merk mempunyai standard yang berbeda-beda. Merk-merk besar seperti Adidas dan Nike biasanya menerapkan standard yang sangat tinggi untuk bahan-bahan yang dipakai untuk sepatu mereka.


4. Kamar mess
Di kamar ini saya tinggal selama kurang lebih 8 bulan. Kamar ini didesain untuk ditempati oleh 4 orang. Namun biasanya hanya saya dan Pak Sutrisno (mekanik) yang menempati kamar ini setiap harinya. Yang paling saya tidak suka dari kamar ini adalah kasur yang kayu penyangganya selalu copot setiap kali saya berbaring di atasnya.



Walaupun sekarang saya tidak bekerja lagi di perusahaan ini, namun saya tetap mensyukuri pengalaman yang saya dapat selama mengabdi di sana, terutama pengalaman bagaimana cara berhadapan dengan aparat pemerintahan (polisi, dinas tenaga kerja, petugas Bea Cukai, petugas Imigrasi, RT/RW dan sebagainya).

真正的成功是不會害人的...

Leia Mais…

Farewell to Taiwan

Setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan. Ini adalah fakta yang sangat sulit diterima oleh semua orang walau pada akhirnya tidak ada orang yang bisa menolak kenyataan ini. Yang membedakan hanyalah waktu. Ada orang yang hanya numpang lewat di dalam kehidupan kita, ada juga yang ditakdirkan untuk berada di dekat kita selama bertahun-tahun bahkan berpuluh-puluh tahun.
Sekitar 4 tahun dari hidup saya pernah saya habiskan di sebuah negara kecil bernama Republic of China (Taiwan). Dari Agustus 2006 sampai Juli 2010, saya mendapat kesempatan berharga untuk melanjutkan studi di Wenzao Ursuline College of Languages yang terletak di kota Kaohsiung, kota kedua terbesar di Taiwan. Selama 4 tahun tersebut, banyak sekali orang yang saya temui dan saya kenal. Waktu yang saya lewati bersama mereka tentulah mempunyai kesan yang sangat mendalam. Itu jugalah yang membuat saya sangat sulit untuk mengucapkan au revoir (baca: selamat tinggal) kepada mereka.

Berikut adalah farewell moments yang sempat saya abadikan sebelum meninggalkan Pulau Formosa :

1. Harvest Church Kaohsiung 大地豐收教會










* Gereja ini bisa dibilang adalah keluarga kedua saya selama di Taiwan. Bantuan yang mereka berikan baik itu secara moral dan material benar-benar membantu saya selama studi di Taiwan.
- Foto 1 : sehari sebelum saya meninggalkan Taiwan. Foto diambil setelah kebaktian hari Sabtu malam bersama teman-teman dari bagian profetik. (sumber : koleksi pribadi)
- Foto 2 : bersama keluarga 文斌哥 setelah makan malam di restoran spaghetti. Anak perempuan di tengah bernama 佩佩 /pei pei/, sangat suka digendong sehabis kebaktian. Miss her so muchhh... (sumber : koleksi pribadi)

2. Juniors 學弟妹們










* Bersama adik-adik kelas dari angkatan kedua sampai keempat.
Foto 1 : makan siang bersama adik-adik kelas ditemani dengan KFC fried chicken dan beberapa jenis sayur dan lauk yang diberikan oleh 廖老師 /liao lao shi/, Director of Center of Chinese Language. (sumber : Brenda)
Foto 2 : di Kaohsiung International Airport 小港國際機場, sesaat sebelum meninggalkan Taiwan untuk menuju Singapore. (sumber : koleksi pribadi)

3. Classmates 同班同學













* Bersama teman-teman seperjuangan di UF4A saat farewell party yang diadakan di Howard Hotel, Kaohsiung. Tadinya teman-teman sekelas akan mengadakan acara perpisahan besar-besaran yang akan dihadiri dosen-dosen. Tapi karena kurangnya koordinasi, acara tersebut terpaksa dibatalkan. Gantinya, beberapa teman memutuskan untuk mengadakan sendiri acara perpisahan dalam skala kecil yang terdiri dari makan malam dan acara tukar kado. Sayangnya saya harus kembali ke asrama sebelum pukul 11 malam sehingga tidak bisa mengikuti acara ini sampai selesai.

4. Close friends 好朋友們












* Atas inisiatif Donivan Hsiao 蕭煥諺, beberapa teman juga mengadakan acara perpisahan untuk saya di 50 Plaza (50樓世貿大樓). Pemandangan dari gedung ini pada malam hari sangatlah indah, kita bisa melihat dengan jelas tata kota Kaohsiung yang didesain oleh Jepang pada masa pendudukannya di Taiwan. Restoran tempat kami menikmati makan malam terletak di lantai ke-50 sehingga dapat memberikan pemandangan terbaik kota Kaohsiung pada malam hari.
- Foto 1 : bersama Mina Lai dan Amandine Liu, dua kolega selama bekerja di Department of French's Office. (sumber : koleksi pribadi)
- Foto 2 : inilah dia sang event organizer pada acara ini, Donivan Hsiao. Special thanks to him for organizing this unforgettable moment... (sumber : koleksi pribadi)










* Di Taiwan, orang biasanya mengadakan pesta perpisahan di restoran. Itulah sebabnya semua farewell parties bersama teman-teman dekat saya diadakan sambil makannn...
- Foto 1 : di salah satu restoran yang menyajikan Vietnamese cuisine pada acara perpisahan dengan Oceane Liu, senior di Department of French yang pada waktu itu bekerja di Alliance Francaise Kaohsiung (berita terakhir sekarang dia bekerja di Department of French di Wenzao). (sumber : koleksi pribadi)
- Foto 2 : bersama keluarga Andy Xu 許力中, salah satu anak dengan kebutuhan khusus di Wenzao. (sumber : koleksi pribadi)

5. Teachers and colleagues 老師及同事們



















- Foto 1 : bersama teman-teman kerja di LDCC (Languages Diagnostic and Counseling Center), tempat saya mengajar French conversation selama tahun terakhir di Wenzao. (sumber : koleksi pribadi)
- Foto 2 : di kantor fakultas bahasa Perancis bersama Patrick LIU (dosen bahasa Perancis) dan Christine YONG, Dean of French Department. (sumber : koleksi pribadi)
- Foto 3 : di depan Wenzao Dormitory bersama Liao Nan-yen, Director of Center of Chinese Language. Beliau adalah orang yang cukup berjasa selama studi saya di Taiwan, terutama saat beliau dengan sabar memberikan pelajaran tambahan untuk pelajaran Chinese Modern Prose 現代散文. (sumber : koleksi pribadi)
- Foto 4 : makan malam di restoran tradisional Taiwan di daerah Dashu, Kaohsiung County bersama Prof. Lai 賴昭志 老師 yang adalah host family saya selama 2 tahun terakhir di Wenzao. (sumber : koleksi pribadi)

Leia Mais…

5/15/11

The LIARS - the best band ever

Saat dengerin lagu di komputer, tiba-tiba berputarlah lagu 稻香 /dao xiang/ yang dimainkan oleh The LIARS waktu ikut kompetisi di Sun Yat Sen University, Kaohsiung. Saat itu juga terbayang banyak sekali memori indah yang pernah dilewati oleh The LIARS selama di Kaohsiung, Taiwan. Miss those moments damn much...

Sebenarnya nama LIARS adalah initial dari keempat personel band The LIARS.
L = Laureey (guitar + backing vocal)
I = Irwandi (guitar)
AR = Angela Retie (lead vocal)
S = Sabina alias Pipit (drum / jimbe)



I. Penampilan perdana (acara perpisahan Department T&I)

Kisah band ini bermulai pada tanggal 21 Mei 2009, tepatnya pada acara perpisahan (送舊大會) Translation and Interpreting Department di Gong Jian Hall, Wenzao.
Waktu itu, Sabina adalah salah satu panitia untuk acara tersebut. Karena saat itu belum ada alat musik perkusi (drum/jimbe), maka Sabina juga bermain gitar.
Penampilan perdana The LIARS bisa dibilang cukup sukses dan memuaskan.

II. Penampilan kedua (Wenzao Week - Foreigners Talent Competition)

Penampilan kedua The LIARS adalah pada tanggal 27 Oktober 2009, tepatnya pada acara Foreigners Talent Competition yang bertempat lagi-lagi di Gong Jian Hall, Wenzao. Saat itu, The LIARS menyanyikan lagu andalannya, yaitu 稻香 /dao xiang/ dari Jay Chou yang diremix dengan lagu 聽媽媽的話 /ting ma ma de hua/ dari penyanyi yang sama namun sedikit dimodifikasi liriknya menjadi 聽老師的話 /ting lao shi de hua/.
Lagu ini mendapat sambutan yang sangat positif dari para juri maupun penonton yang hadir. Dan pada kompetisi ini, The LIARS meraih JUARA PERTAMA. Kemenangan ini jugalah yang membuat The LIARS semakin pede untuk mengikuti kompetisi-kompetisi berikutnya.

Ini adalah video latihan The LIARS sehari sebelum menghadapi Foreigners Talent Competition.


III. Pena
mpilan ketiga (Sun Yat Sen University, Foreigners Singing Competition)

Setelah penampilan kedua yang sangat memuaskan (mendapat juara pertama), The LIARS menjadi semakin percaya diri dan mencoba untuk mengikuti kompetisi di luar kampus Wenzao supaya tidak dianggap sebagai band yang "jago kandang". Salah satu guru dari Center of Chinese Language di Wenzao memberitahu bahwa di Sun Yat Sen University, Kaohsiung akan ada singing competition for foreigners. Kemudian, The LIARS memutuskan untuk mengikuti lomba tersebut dengan tetap mengusung lagu andalannya 稻香 /dao xiang/ + 聽老師的話 /ting lao shi de hua/. Hasilnya, The LIARS kembali mendapat JUARA PERTAMA ditambah dengan penghargaan The Best Group.

Video penampilan The LIARS di Sun Yat Sen University


Note :
Waktu melihat video ini di Youtube, saya menemukan satu komentar yang sangat menarik.
"哈~原本還覺得女主唱,太多話了~
但當男合音的出現,不論是OS,還是合音,一整個就是大加分呀!
哈~如果我是唱片公司的要找新人,一定要在這場比賽中簽一個人,
應該會會找那個男合音吧!^^
雖然他當合音,但很明顯實力遠勝其他人,又能吉他自彈自唱,
真的很優!加油唷!柳樂仁!(聽影片中女主唱介紹的,用字可能有­誤,請指正)^^ "

terjemahan dalam bahasa Indonesia :

" Hahaha.. Awalnya saya merasa lead vocal-nya terlalu banyak bicara, tapi saat backing vocal muncul, baik itu saat menyanyi sendiri ataupun suara dua, langsung menambah poin pada penampilan ini. Hahaha.. Kalau saya adalah orang dari perusahaan rekaman yang sedang mencari penyanyi baru dan harus memilih salah satu orang dari kompetisi ini, saya sepertinya akan memilih si backing vocal laki-laki itu!
Walaupun dia hanya menjadi backing vocal, tapi jelas sekali bahwa kemampuannya lebih dari yang lain, apalagi bisa bernyanyi sambil bermain gitar, benar-benar hebat. Semangat ya Liu Le Ren! "

IV. Penampilan keempat (Freakin' Rock Competition - Preliminary Round)

Atas informasi dari Sabina (lagi-lagi Sabina), The LIARS memutuskan untuk mengikuti kompetisi band rock di Wenzao. Ini benar-benar sesuatu yang baru buat The LIARS karena ini pertama kalinya kami bermain dengan tidak secara akustik. Awalnya, kami sedikit kebingungan memilih drummer, tapi untungnya The LIARS mempunyai personel serba bisa : Sabina. Lagu yang kami pilih untuk kompetisi ini adalah I won't go home without you (Maroon 5) dan Welcome to my world (Simple Plan). Kompetisi kali ini adalah babak penyisihan di Wenzao dan yang menang akan mewakili Wenzao Ursuline College of Languages untuk bersaing dengan 6 wakil dari kampus lain.
Sempat tidak pede setelah melihat penampilan dari grup lain yang dihuni oleh personel-personel dengan skill di atas rata-rata, di luar dugaan The LIARS berhasil mendapat JUARA PERTAMA dan berhak untuk mewakili Wenzao.

V. Penampilan kelima dan terakhir (Freakin' Rock 七爺怪彈 - Final Round)

Setelah kemenangan pada babak penyisihan, The LIARS pun menyiapkan diri untuk menghadapi kompetisi yang membawa nama Wenzao ini. Persiapan kali ini jauh lebih matang daripada sebelumnya karena beban untuk menang juga semakin berat.
Persiapan dimulai dari pemilihan lagu. Pada babak penyisihan, lagu I won't go home without you (Maroon 5) tidak kami bawakan dengan baik. Oleh sebab itu, kami pun memutuskan untuk menggantinya menjadi Umbrella yang dulu sempat dipopulerkan oleh Rihanna.

Tampil dengan dukungan penuh dari teman-teman, kami berusaha melakukan yang terbaik pada lomba kali ini karena kami pun tahu lomba ini mungkin jadi yang terakhir. Grup-grup dari sekolah lain tampil dengan sangat baik, dengan skill yang baik dan persiapan yang matang. The LIARS akhirnya berhasil mengakhiri lomba ini dengan mendapat JUARA TIGA. Sebuah hasil yang cukup memuaskan dan membuat kami bangga.

I really miss those moments so much. Togetherness is the best lesson I learned from this band. We will never be able to come back to the past but we can keep the memories we had from the past in our hearts and our minds.

Written specially for the other three LIARS.


Leia Mais…

2010 Kaohsiung International Puppet Theater Festival - 高雄縣國際偶戲藝術節


As my French teacher, Elodie Hsu, proposed to me to work as an interpreter for 2010 International Kaohsiung County Puppet Theater Festival, I had no idea what this festival was about. However, the slogan of the festival: “ALL COMING” deeply interested me, so I decided to accept this offer. This festival is held annually in order to promote the heritages and the development of the three main types of puppet arts in Taiwan: shadow puppetry, hand or glove puppetry (布袋戲), and marionette puppetry. This year, there were at least 21 puppet theater groups from 9 different countries, such as Australia, Korea, Italy, French, Brazil, Bulgaria, etc.


This activity was held in Wei Wu Ying Art Center from 14-21 February 2010. During this period of time, my main responsibility was to accompany a French group of marionette puppetry named Teatro Golondrino and to give them any assistance needed. This puppet troupe was composed by two performers; a 32 years-old French young man, Christophe Croes (middle), founder and leader of Teatro Golondrino and his assistant, Jessie (right), who was responsible for lighting. I love working beside them so much because they were really friendly, funny and energetic.

Since the performance was mainly dedicated to children, many children and their parents came to the stage after the performance and asked Christophe to take picture with them. In spite of fatigue, he always gave his best smile to the audience and never refused their request to take photos with Milo, one of his marionettes.


During this festival, in total, there were 6 performances from Teatro Golondrino; 4 indoor and 2 outdoor. Overall, all of performances were going smoothly and successfully without any serious problem. Moreover, Christophe and Jessie seemed enjoying their stay in Taiwan and were satisfied with my service throughout the festival. For me, I really appreciate this chance because this annual festival allowed me to put into practice my language ability, French and Chinese and provided me such a precious experience in translating and interpreting domain as well.

Note : This interpreting job was very well paid. I got about NTD 3,000/day or about IDR 900,000/day. Not bad for a beginner interpreter like me.

Leia Mais…

2/4/11

Les Égyptiens se révoltent contre leur gouvernement ! (terjemahan dalam bahasa Indonesia)

Les Égyptiens se révoltent contre leur gouvernement !

« Après la Tunisie, l'Égypte ! », « Pain, Liberté, Dignité ! », scandaient des milliers de manifestants, mardi dernier, dans les rues du Caire, la capitale égyptienne. Entre 15 000 et 20 000 personnes se sont rassemblées pour demander la démission du président Hosni Moubarak. Certaines d'entre elles, comme sur cette photo, se sont opposées aux policiers anti-émeute qui ont interdit ces manifestations.

C'est encore une fois le manque de liberté et la pauvreté qui ont poussé les Égyptiens à manifester tous les jours dans les rues du Caire, depuis mardi dernier.

Après les émeutes en Tunisie qui ont renversé le gouvernement de Ben Ali, c'est au tour du président égyptien Hosni Moubarak d'être fortement inquiété par son peuple. Cette fois-ci, c'est « Dégage Moubarak ! » que l'on peut lire sur les panneaux des manifestants.

Des mots violents et sans appel, à l'image du malaise qui existe entre le peuple égyptien et le président Hosni Moubarak qui dirige le pays depuis trente ans.

Pourquoi cette révolte ?

Parce que la population vit dans des conditions de plus en plus difficiles: la nourriture de base (huile, farine) est très chère, le travail manque et la police ne leur permet pas de s'exprimer librement. Du coup, les Égyptiens éprouvent un sentiment d'impuissance qui s'est petit à petit transformé en colère.

Ces trois derniers jours, malgré la coupure du réseau Internet - pour empêcher les gens de communiquer entre eux - et l'interdiction de manifester, les Égyptiens sont quand même descendus dans la rue. Mille personnes ont été arrêtées et sept sont mortes, lors des affrontements qui ont opposé policiers et manifestants.

Aujourd'hui, de nouveaux rassemblements sont prévus dans plusieurs villes égyptiennes.

Terjemahan:

Rakyat Mesir memberontak melawan pemerintah !

«Setelah Tunisia, Mesir berikutnya », «Roti, Kebebasan, Martabat!», itulah yang dinyanyikan oleh jutaan pengunjuk rasa, Selasa lalu di jalan-jalan raya kota Kairo, ibukota Mesir. Sekitar 15 ribu sampai 20 ribu orang berkumpul menuntut pengunduran diri Presiden Hosni Mubarak. Beberapa di antara pengunjuk rasa bentrok dengan polisi anti huru-hara yang melarang aksi unjuk rasa ini.

Adalah kurangnya kebebasan dan kemiskinan yang mendorong rakyat Mesir untuk berdemo berhari-hari di jalan-jalan kota Kairo sejak Selasa lalu.

Setelah kerusuhan di Tunisia yang menggulingkan pemerintahan Ben Ali, sekarang giliran Presiden Mesir Hosni Mubarak yang terancam oleh rakyatnya sendiri. Dalam unjuk rasa kali ini, «Turun Mubarak» banyak tertulis di papan-papan yang dibawa oleh para demonstran.

Kata-kata kasar dan nyata, adalah gambaran ketidakharmonisan antara rakyat mesir dan Presiden Hosni Mubarak yang telah memimpin negara tersebut selama 30 tahun.

Mengapa pemberontakan ini terjadi?

Penyebabnya adalah karena penduduk Mesir hidup dalam kondisi yang makin lama makin sulit: makanan pokok (minyak, tepung terigu) sangat mahal, kekurangan lapangan pekerjaan dan polisi tidak mengizinkan mereka untuk berekspresi secara bebas. Akibatnya, rakyat Mesir merasakan ketidakberdayaan yang perlahan-lahan berubah menjadi kemarahan.

Tiga hari belakangan ini, walaupun terjadi pemutusan jaringan internet untuk mencegah pengunjuk rasa berkomunikasi dan larangan untuk berunjuk rasa, penduduk Mesir tetap turun ke jalanan. Ribuan orang ditahan dan tujuh orang meninggal dunia saat terjadi bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa.

Hari ini, beberapa kumpulan massa diperkirakan akan muncul di beberapa kota di Mesir.

Leia Mais…

2/2/11

Dunia kerja di PT. C**n L*


Perusahaan ini terletak di daerah Cik***, tepatnya di salah satu kawasan industri terbesar di daerah tersebut.
Saya masuk ke perusahaan ini sejak tanggal 16 Agustus 2010 atau sekitar 2 bulan sejak kelulusan saya.
Dalam tahap persiapan sebelum produksi, masalah yang dihadapi PT. Ch*n L* cukup kompleks dan membuat orang pusing tujuh keliling. Mulai dari urusan container yang
tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok karena izin penangguhan pajak mesin yang tidak kunjung dikeluarkan oleh Bea Cukai, sidak-sidak yang bertubi-tubi dari kepolisian (Polres, Mabes Polri), sampai pada keluhan masyarakat terhadap asap boiler yang dimanifestasikan melalui timpukan batu dan makian.

Selain itu, pengalaman yang saya dapatkan selama mengabdi pada perusahaan ini juga bisa dibilang sangat beragam walaupun kebanyakan adalah berurusan dengan orang pemerintahan. Pengalaman seperti bernegosiasi dengan petugas P2 Bea Cukai, menghadapi RT yang marah-marah sampai menggebrak meja, dan diinterogasi oleh Bagian Intelkam Polres mengenai keberadaan orang asing semua sudah pernah saya rasakan selama bekerja di PT. C**n L* ini.

Salah satu fenomena di daerah Tangerang yang mungkin jarang ditemui di daerah lain adalah calo. Keberadaan calo ini sepertinya mustahil untuk dihilangkan. Hati saya sangat miris
jika melihat para karyawan/karyawati yang melamar ke perusahaan tempat saya bekerja harus menyetor uang sebesar Rp. 1.000.000 - Rp. 1.700.000 kepada calo-calo yang biasa mangkal di warung tepat di depan pabrik.
Biasanya calo-calo ini tidak bekerja sendirian. Mereka bekerja sama dengan "orang dalam" yang lazimnya berposisi sebagai HRD atau Kepala Pabrik. Cara kerja mereka bisa dibilang sangat rapi dan sistematik. Calo-calo bertugas untuk mencari "korban" alias pencari kerja. Mereka mengiming-imingi para pencari kerja jaminan untuk masuk ke perusahaan tertentu. Kemudian calo-calo tersebut berkoordinasi dengan HRD atau "orang dalam" di perusahaan tersebut. Tujuannya adalah agar "orang dalam" tersebut bisa meloloskan / menerima calon karyawan/karyawati yang mereka bawa. Berikutnya, setelah calon pencari kerja tersebut resmi diterima bekerja, sang calo pun langsung meminta "uang jasa" kepada calon pencari kerja yang telah dibantu. Biasanya, bila orang tersebut menolak untuk memberikan "uang jasa" kepada si calo itu, HRD yang telah bersekongkol dengan si calo tidak akan memberikan kartu absen kepada karyawan tersebut sampai si karyawan menyetorkan uang yang diminta. Uang tersebut nantinya akan dibagi dua antara si calo dan si "orang dalam".
Sangat menyedihkan memang nasib calon pencari kerja yang mendapat pekerjaan melalui calo. Sebagai gambaran, UMR provinsi Banten pada tahun 2011 adalah Rp. 1.285.000. Jika "uang jasa" yang diminta si calo berkisar antara Rp. 1.000.000 - Rp. 1.700.000 berarti si karyawan harus memberikan gaji selama 1 - 1,5 bulan secara cuma-cuma kepada calo-calo. Sedangkan dengan uang segitu, mereka mungkin masih harus menghidupi anak-anak dan istrinya. Sungguh miris, bukan?

Sebentar lagi, tepatnya pada akhir Mei 2011, saya akan meninggalkan perusahaan ini. Surat pengunduran diri sudah saya buat dan akan saya ajukan secepatnya. Tidak ada masalah yang berarti antara saya dan perusahaan (pimpinan, teman kerja dan lingkungan kerja). Satu hal yang membuat saya mengundurkan diri adalah karena ketertarikkan saya di dunia pariwisata lebih besar, walaupun gaji yang akan saya dapatkan di tempat kerja yang baru (travel agent) bisa dibilang jauh lebih kecil dari gaji yang saya dapatkan sekarang. Pilihan ini cukup sulit untuk saya, namun saya berharap ini adalah keputusan yang terbaik untuk masa depan saya.

Leia Mais…

1/11/11

Prinsip-prinsip usaha orang Tionghua 華人做生意的原則

Prinsip-prinsip orang Tionghoa dalam memulai usaha adalah sebagai berikut :
Pertama, usaha keras, berani mencoba dan tidak takut gagal, memulai dengan apa adanya. Agaknya poin inilah yang menjadi kelebihan utama dari para pengusaha Tionghoa. Dalam keluarga Tionghoa, kerja keras bukanlah hal yang aneh. Mereka sudah terbiasa lembur hingga pagi. Jika ada kesempatan, seperti hari menjelang Lebaran, mereka tahu bahwa permintaan akan meningkat, maka mereka akan bekerja keras untuk memenuhi permintaan tersebut karena mereka menyadari bahwa Lebaran hanya satu kali dalam satu tahu. Moto orang Tionghoa dalam kerja keras yang sering saya dengar adalah “Kita harus bisa memindahkan gunung” dan “Kita harus bisa seperti orang lain walaupun kita melakukannya 100 kali lebih keras dari mereka.”

Orang Tionghoa pada umumnya berani memulai suatu usaha dan tidak takut gagal. Mereka mempunyai sense of urgency yang tinggi. Mereka sering berpendapat, “Jika tidak memulai sekarang, kapan lagi?” Gagal bukanlah hal yang menakutkan karena umumnya mereka selalu memulai usaha dengan apa adanya dan dari bawah.

Kedua, mengumpulkan informasi dan belajar. Sebelum terjun ke suatu bidang usaha, umumnya orang Tionghoa akan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin. Mereka tidak segan pergi ke saudara, teman, dan bahkan pihak yang tidak mereka kenal. Setiap pembicaraan dengan siapa saja mereka untuk menanyakan usaha yang akan mereka tekuni. Kemanapun mereka pergi, mereka akan membuka mata dan telinga lebar-lebar. Dengan kata lain mereka sangat mahir melakukan survey terhadap usaha yang akan mereka geluti.

Selain itu, mereka juga tidak segan untuk belajar. Cara belajar yang umum dari mereka adalah bekerja untuk orang yang usahanya serupa. Setelah yakin telah menguasai cukup informasi dan keterampilan mereka akan berusaha sendiri.

Ketiga, melakukan perencanaan. Perencanaan yang paling umum dilakukan oleh orang Tionghoa adalah melihat dari segi untung-ruginya suatu usaha. Dalam bahasa akademis, mereka mempertimbangkan visibility usaha yang akan mereka jalankan. Berapa banyak ongkos yang akan dikeluarkan, bagaimana cara mendapatkan bahan baku/material, bagaimana mempersiapakan produk mereka, siapa yang akan beli, akan dijual dimana, kapan kembali modal, dan berapa keuntungannya merupakan faktor utama yang mereka pertimbangkan.

Perencanaan mereka juga sangat memperhatikan efektifitas (tujuan tercapai) dan efisiensi (tepat cara, tanpa banyak mengorbankan waktu dan tenaga) usaha yang mereka geluti.

Keempat, membina relasi. Walaupun orang Tionghoa sangat kompetitif, tetapi mereka selalu sadar bahwa membina relasi adalah salah satu kunci keberhasil usaha mereka. Untuk membina hubungan baik mereka tidak ragu untuk mengeluarkan pengorbanan tertentu, seperti pemberian hadiah, mengundang makan dan melakukan entertain terhadap relasi mereka.

Siapa saja yang bisa membantu melancarkan dan mengembangkan usaha adalah relasi mereka. Dengan pembinaan relasi yang baik, akan terbuka kerja sama yang saling menguntungkan.

Kelima, kemampuan administratif dan inventory control. Agaknya banyak orang lupa akan hal yang satu ini. Orang Tionghoa sangat sadar akan pentingnya kemampuan dalam beradministrasi dan melakukan mengontrolan inventory. Mereka sangat memperhatikan secara terperinci setiap kegiatan usaha mereka dan merekamnya dalam catatan. Karena itu mereka tahu betul bagaimana neraca keuagan mereka dan persediaan inventory mereka.
Sebagai contoh, jika kita hendak belanja sesuatu di toko orang Tionghoa sangatlah jarang bahwa mereka sampai kehabisan persediaan.

Keenam, kemampuan pemasaran. Kemampuan pemasaran orang Tionghoa umumnya ditunjang oleh kemampuan mereka dalam memenuhi kebutuhan dan kemauan pelanggan dan kemampuan menentukan harga jual dari suatu produk secara tepat. Dari proses ini, maka terjadilah penyebaran iklan gratis dari mulut kemulut.

Untuk pengusaha yang cukup besar, mereka melakukan positioning secara professional dengan mensponsori kegiatan tertantu dan pemasangan pengiklanan melalui media cetak dan media digital.

Ketujuh, mendelegasikan. Orang Tionghoa sadar betul bahwa untuk mengembangkan suatu usaha agar menjadi besar, mereka harus bisa mendelegasikan pekerjaannya. Syarat utama pendeligasian adalah bahwa orang atau karyawan mereka harus bisa dipercaya. Karena itu, mereka cenderung mencari orang yang sudah dikenal lama dan terbukti bisa dipercaya. Bagi mereka keahlian berusaha bisa diajarkan, tetapi kebercayaan tergantung dari masing-masing kepribadian.

Karena sistem kepercayaan ini jugalah maka, mereka tidak segan-segan meminta anak mereka yang masih kecil untuk membantu usaha mereka. Di lain pihak, anak mereka yang sudah terbiasa terekspos dengan usaha orang tuanya, membuat sang anak tumbuh dengan naluri usaha yang mendarah daging.

Kedelapan, mendiversifikasi. Pengusaha Tionghoa tidak mudah merasa puas dan cukup atas usaha mereka. Mereka selalu berusaha untuk memperluas usahanya. Salah satu caranya adalah dengan melakukan deversifikasi produk.

Mereka cenderung mempunyai keinginan untuk memenuhi semua kebutuhan dan keinginan pelanggannya. Mereka ingin agar pelanggannya hanya datang ke mereka. Untuk itu, mewujudkan keinginan ini, cara yang paling tepat adalah berani melakukan deversifikasi produk.

Kesembilan, mengolah keuangan. Tidak ada istilah “uang mati” dalam kamus berdagang ala orang Tionghoa. Mereka selalu mempekerjakan uang tersebut supaya bisa berlipat ganda. Cara yang paling umum dilakukan adalah menanamkan modal kembali ke usaha mereka. Hal ini bisa dilakukan untuk memdirikan usaha baru atau untuk membesarkan usaha yang telah ada.

Mental untuk melipatgandakan uang memang sudah tertanam dari kecil di lingkungan keluarga mereka. Contohnya, jika mereka menerima pemasukan Rp.100, maka mereka akan menyimpan paling tidak Rp. 25 dan sisanya ditanamkan kembali keusaha mereka dan untuk kebutuhan hidup mereka.
Contoh prinsipnya adalah perencanaan yang baik dan kerja keras. Prinsip perencanaan yang baik adalah untuk mencapai keefektifan dan keefisiensian dalam proses kerja. Prinsip kerja keras adalah bagaiman memotivasi saya sendiri dan karyawan saya untuk tidak cepat putus ada.

Dalam kondisi seperti ini, orang tua sering memotivasi dengan berkata, “Ayo, kita bisa memindahkan gunung .” Pengalaman seperti ini diterapkan dalam usaha sekarang ini.

Inti kesuksesan dari bisnis keluarga orang Tionghoa, yaitu warisan nilai-nilai atau prinsip-prinsip usaha yang berhasil diturunkan oleh orang tua Tionghoa kepada anak-anaknya. Sebagai contoh, jika kita pergi ke toko-toko orang Tionghoa, sering kali kita dilayani oleh anak mereka yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Tanpa merasa canggung, anak tersebut bisa melayani kita dengan mahirnya. Adalah hal yang wajar jika suatu saat ia tumbuh menjadi orang dewasa, maka ia sudah siap untuk berusaha.

Orang tua Tionghoa tidak pernah segan untuk melibatkan anaknya yang masih kecil dalam usaha mereka. Mereka sudah diberi tanggungjawab yang cukup besar untuk ukuran seorang murid SD. Mereka diajari setiap proses bisnis dari persiapan hingga sampai ke tangan pelanggan dan bagaimana menangani pelanggan setelah transaksi jual beli.

Anak-anak orang Tionghoa juga diajak kerja lembur, bahkan banyak dari mereka yang diajak bekerja sampai pagi tanpa tidur. Dalam proses kerja itu, mereka di dampingi oleh orang tua mereka. Pada kesempatan itu terjadi penurunan nilai-nilai cara berusaha dari orang tua mereka.

Melibatkan anak dari usia dini adalah cara yang paling ampuh dari orang tua mereka untuk membentuk anak mereka menjadi bisnismen tangguh di kemudian hari.

-taken from kaskus.us-

Leia Mais…

1/10/11

Kisah Nyata Seorang OB menjadi Vice President Citibank

Sungguh sebuah karunia yang luar biasa bagi saya bisa bertemu dengan seorang yang memiliki pribadi dan kisah menakjubkan. Dialah Houtman Zainal Arifin, seorang pedagang asongan, anak jalanan, Office Boy yang kemudian menjadi Vice President Citibank di Indonesia. Sebuah jabatan Nomor 1 di Indonesia karena Presiden Direktur Citibank sendiri berada di USA.

Tepatnya 10 Juni 2010, saya berkesempatan bertemu pak Houtman. Kala itu saya sedang mengikuti training leadership yang diadakan oleh kantor saya, Bank Syariah Mandiri di Hotel Treva International, Jakarta. Selama satu minggu saya memperoleh pelatihan yang luar biasa mencerahkan, salah satu nya saya peroleh dari Pak Houtman. Berikut kisah inspirasinya:

Sekitar tahun 60an Houtman memulai karirnya sebagai perantau, berangkat dari desa ke jalanan Ibukota. Merantau dari kampung dengan penuh impian dan harapan, Houtman remaja berangkat ke Jakarta. Di Jakarta ternyata Houtman harus menerima kenyataan bahwa kehidupan ibukota ternyata sangat keras dan tidak mudah. Tidak ada pilihan bagi seorang lulusan SMA di Jakarta, pekerjaan tidak mudah diperoleh. Houtman pun memilih bertahan hidup dengan profesi sebagai pedagang asongan, dari jalan raya ke kolong jembatan kemudian ke lampu merah menjajakan dagangannya.

Tetapi kondisi seperti ini tidak membuat Houtman kehilangan cita-cita dan impian. Suatu ketika Houtman beristirahat di sebuah kolong jembatan, dia memperhatikan kendaran-kendaraan mewah yang berseliweran di jalan Jakarta. Para penumpang mobil tersebut berpakaian rapih, keren dan berdasi. Houtman remaja pun ingin seperti mereka, mengendarai kendaraan berpendingin, berpakaian necis dan tentu saja memiliki uang yang banyak. Saat itu juga Houtman menggantungkan cita-citanya setinggi langit, sebuah cita-cita dan tekad diazamkan dalam hatinya.

Azam atau tekad yang kuat dari Houtman telah membuatnya ingin segera merubah nasib. Tanpa menunggu waktu lama Houtman segera memulai mengirimkan lamaran kerja ke setiap gedung bertingkat yang dia ketahui. Bila ada gedung yang menurutnya bagus maka pasti dengan segera dikirimkannya sebuah lamaran kerja. Houtman menyisihkan setiap keuntungan yang diperolehnya dari berdagang asongan digunakan untuk membiayai lamaran kerja.

Sampai suatu saat Houtman mendapat panggilan kerja dari sebuah perusahaan yang sangat terkenal dan terkemuka di Dunia, The First National City Bank (citibank), sebuah bank bonafid dari USA. Houtman pun diterima bekerja sebagai seorang Office Boy. Sebuah jabatan paling dasar, paling bawah dalam sebuah hierarki organisasi dengan tugas utama membersihkan ruangan kantor, wc, ruang kerja dan ruangan lainnya.

Tapi Houtman tetap bangga dengan jabatannya, dia tidak menampik pekerjaan. Diterimanyalah jabatan tersebut dengan sebuah cita-cita yang tinggi. Houtman percaya bahwa nasib akan berubah sehingga tanpa disadarinya Houtman telah membuka pintu masa depan menjadi orang yang berbeda.

Sebagai Office Boy Houtman selalu mengerjakan tugas dan pekerjaannya dengan baik. Terkadang dia rela membantu para staf dengan sukarela. Selepas sore saat seluruh pekerjaan telah usai Houtman berusaha menambah pengetahuan dengan bertanya tanya kepada para pegawai. Dia bertanya mengenai istilah istilah bank yang rumit, walaupun terkadang saat bertanya dia menjadi bahan tertawaan atau sang staf mengernyitkan dahinya. Mungkin dalam benak pegawai ”ngapain nih OB nanya-nanya istilah bank segala, kayak ngerti aja”. Sampai akhirnya Houtman sedikit demi sedikit familiar dengan dengan istilah bank seperti Letter of Credit, Bank Garansi, Transfer, Kliring, dll.

Suatu saat Houtman tertegun dengan sebuah mesin yang dapat menduplikasi dokumen (saat ini dikenal dengan mesin photo copy). Ketika itu mesin foto kopi sangatlah langka, hanya perusahaan perusahaan tertentu lah yang memiliki mesin tersebut dan diperlukan seorang petugas khusus untuk mengoperasikannya. Setiap selesai pekerjaan setelah jam 4 sore Houtman sering mengunjungi mesin tersebut dan minta kepada petugas foto kopi untuk mengajarinya. Houtman pun akhirnya mahir mengoperasikan mesin foto kopi, dan tanpa di sadarinya pintu pertama masa depan terbuka. Pada suatu hari petugas mesin foto kopi itu berhalangan dan praktis hanya Houtman yang bisa menggantikannya, sejak itu pula Houtman resmi naik jabatan dari OB sebagai Tukang Foto Kopi.

Menjadi tukang foto kopi merupakan sebuah prestasi bagi Houtman, tetapi Houtman tidak cepat berpuas diri. Disela-sela kesibukannya Houtman terus menambah pengetahuan dan minat akan bidang lain. Houtman tertegun melihat salah seorang staf memiliki setumpuk pekerjaan di mejanya. Houtman pun menawarkan bantuan kepada staf tersebut hingga membuat sang staf tertegun. “bener nih lo mo mau bantuin gua” begitu Houtman mengenang ucapan sang staff dulu. “iya bener saya mau bantu, sekalian nambah ilmu” begitu Houtman menjawab. “Tapi hati-hati ya ngga boleh salah, kalau salah tanggungjawab lo, bisa dipecat lo”, sang staff mewanti-wanti dengan keras. Akhirnya Houtman diberi setumpuk dokumen, tugas dia adalah membubuhkan stempel pada Cek, Bilyet Giro dan dokumen lainnya pada kolom tertentu. Stempel tersebut harus berada di dalam kolom tidak boleh menyimpang atau keluar kolom. Alhasil Houtman membutuhkan waktu berjam-jam untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut karena dia sangat berhati-hati sekali. Selama mengerjakan tugas tersebut Houtman tidak sekedar mencap, tapi dia membaca dan mempelajari dokumen yang ada. Akibatnya Houtman sedikit demi sedikit memahami berbagai istilah dan teknis perbankan. Kelak pengetahuannya ini membawa Houtman kepada jabatan yang tidak pernah diduganya.

Houtman cepat menguasai berbagai pekerjaan yang diberikan dan selalu mengerjakan seluruh tugasnya dengan baik. Dia pun ringan tangan untuk membantu orang lain, para staff dan atasannya. Sehingga para staff pun tidak segan untuk membagi ilmu kepadanya. Sampai suatu saat pejabat di Citibank mengangkatnya menjadi pegawai bank karena prestasi dan kompetensi yang dimilikinya, padahal Houtman hanyalah lulusan SMA.

Peristiwa pengangkatan Houtman menjadi pegawai Bank menjadi berita luar biasa heboh dan kontroversial. Bagaimana bisa seorang OB menjadi staff, bahkan rekan sesama OB mencibir Houtman sebagai orang yang tidak konsisten. Houtman dianggap tidak konsisten dengan tugasnya, “jika masuk OB, ya pensiun harus OB juga” begitu rekan sesama OB menggugat.

Houtman tidak patah semangat, dicibir teman-teman bahkan rekan sesama staf pun tidak membuat goyah. Houtman terus mengasah keterampilan dan berbagi membantu rekan kerjanya yang lain. Hanya membantulah yang bisa diberikan oleh Houtman, karena materi tidak ia miliki. Houtman tidak pernah lama dalam memegang suatu jabatan, sama seperti ketika menjadi OB yang haus akan ilmu baru. Houtman selalu mencoba tantangan dan pekerjaan baru. Sehingga karir Houtman melesat bak panah meninggalkan rekan sesama OB bahkan staff yang mengajarinya tentang istilah bank.

19 tahun kemudian sejak Houtman masuk sebagai Office Boy di The First National City Bank, Houtman mencapai jabatan tertingginya yaitu Vice President. Sebuah jabatan puncak citibank di Indonesia. Jabatan tertinggi citibank sendiri berada di USA yaitu Presiden Director yang tidak mungkin dijabat oleh orang Indonesia.

Sampai dengan saat ini belum ada yang mampu memecahkan rekor Houtman masuk sebagai OB pensiun sebagai Vice President, dan hanya berpendidikan SMA. Houtman pun kini pensiun dengan berbagai jabatan pernah diembannya, menjadi staf ahli citibank asia pasifik, menjadi penasehat keuangan salah satu gubernur, menjabat CEO di berbagai perusahaan dan menjadi inspirator bagi banyak orang .

(Kisah Nyata Houtman Zainal Arifin, disampaikan dalam training Leadership bank Syariah Mandiri)

-from kaskus.us-

Leia Mais…