5/20/11

EVA Factory - My first job

Berikut adalah gambaran tempat saya bekerja selama 10 bulan dari bulan Agustus 2010 sampai Juni 2011. Hasil produksi utama perusahaan ini adalah EVA (sejenis bahan foam yang sering digunakan dalam pembuatan insole sepatu). Melalui gambar-gambar di bawah ini, saya akan mencoba memberikan penjelasan mengenai situasi dan lingkungan tempat kerja saya ini.

1. Ruang kerja
Ini adalah ruang kerja saya di bagian Sales & Marketing di perusahaan ini. Di depan saya duduk Mr. Lu Hung Ta, Marketing Manager sekaligus pemegang saham dari perusahaan ini. Awalnya semua pekerjaan saya lakukkan sendiri, karena belum ada asisten yang cocok di bagian ini. Yang terlama hanya bekerja kurang dari seminggu saja. Di atas meja selalu tersedia kamus Mandarin - Indonesia - Mandarin yang sering saya gunakan jika ada istilah harus saya terjemahkan ke dalam bahasa Mandarin atau sebaliknya.

2. Lingkungan luar pabrik
a. tempat penimbunan sampah
Terlihat berantakan bukan?? Inilah sampah hasil produksi yang dibiarkan begitu saja di halaman perusahaan. Alasannya agak rumit namun menarik : perusahaan ini adalah perusahaan asing yang diberikan fasilitas "Kawasan Berikat" oleh Bea Cukai Indonesia. Sebagai Kawasan Berikat, semua keluar masuk barang baik itu mesin, bahan baku produksi sampai sampah hasil produksi harus dalam pengawasan petugas Bea Cukai dan harus membayar Bea Masuk yang ditangguhkan. Pihak perusahaan yang enggan membayar pajak tersebut pun memilih untuk meletakkan sampah-sampah tersebut di halaman perusahaan walaupun tentunya sangat merusak pemandangan. Sampai saya resign dari perusahaan ini (31 Mei 2011), belum ada tanda-tanda bahwa sampah ini akan diangkut. Perusahaan besar dengan investasi jutaan dollar tapi enggan membayar pajak sampah hasil produksi yang hanya sebesar jutaan rupiah. Cukup menarik 'kan?

b. tampak luar gedung utama pabrik









3. Lingkungan dalam pabrik- proses produksi EVA (kiri ke kanan)


















Secara garis besar, proses pembuatan EVA dapat digambarkan melalui gambar di atas. Pertama, semua bahan baku diaduk rata dalam mesin kneader yang fungsinya hampir sama dengan mixer saat kita membuat kue (gambar 1). "Adonan" yang telah diaduk selama kurang lebih 12 menit pun kemudian digiling menjadi lembaran-lembaran tipis yang ukurannya disesuaikan tergantung permintaan pembeli (gambar 2). Langkah selanjutnya adalah "memanggang" lembaran tersebut di dalam mesin press yang memiliki suhu 150-180 derajat Celcius. Suhu ini lah yang akan mempengaruhi kekerasan bahan EVA (gambar 3). Terakhir, lembaran-lembaran tersebut diiris dengan ketebalan berbeda menggunakan mesin splitting (gambar 4).

- Laboratorium
Dalam laboratorium ini terdapat berbagai macam alat yang fungsinya untuk melakukan pengetesan terhadap kualitas EVA yang dihasilkan. Biasanya yang dites adalah ; elastisitas, daya tahan, kekuatan dan berat jenis. Setiap merk mempunyai standard yang berbeda-beda. Merk-merk besar seperti Adidas dan Nike biasanya menerapkan standard yang sangat tinggi untuk bahan-bahan yang dipakai untuk sepatu mereka.


4. Kamar mess
Di kamar ini saya tinggal selama kurang lebih 8 bulan. Kamar ini didesain untuk ditempati oleh 4 orang. Namun biasanya hanya saya dan Pak Sutrisno (mekanik) yang menempati kamar ini setiap harinya. Yang paling saya tidak suka dari kamar ini adalah kasur yang kayu penyangganya selalu copot setiap kali saya berbaring di atasnya.



Walaupun sekarang saya tidak bekerja lagi di perusahaan ini, namun saya tetap mensyukuri pengalaman yang saya dapat selama mengabdi di sana, terutama pengalaman bagaimana cara berhadapan dengan aparat pemerintahan (polisi, dinas tenaga kerja, petugas Bea Cukai, petugas Imigrasi, RT/RW dan sebagainya).

真正的成功是不會害人的...

Leia Mais…

Farewell to Taiwan

Setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan. Ini adalah fakta yang sangat sulit diterima oleh semua orang walau pada akhirnya tidak ada orang yang bisa menolak kenyataan ini. Yang membedakan hanyalah waktu. Ada orang yang hanya numpang lewat di dalam kehidupan kita, ada juga yang ditakdirkan untuk berada di dekat kita selama bertahun-tahun bahkan berpuluh-puluh tahun.
Sekitar 4 tahun dari hidup saya pernah saya habiskan di sebuah negara kecil bernama Republic of China (Taiwan). Dari Agustus 2006 sampai Juli 2010, saya mendapat kesempatan berharga untuk melanjutkan studi di Wenzao Ursuline College of Languages yang terletak di kota Kaohsiung, kota kedua terbesar di Taiwan. Selama 4 tahun tersebut, banyak sekali orang yang saya temui dan saya kenal. Waktu yang saya lewati bersama mereka tentulah mempunyai kesan yang sangat mendalam. Itu jugalah yang membuat saya sangat sulit untuk mengucapkan au revoir (baca: selamat tinggal) kepada mereka.

Berikut adalah farewell moments yang sempat saya abadikan sebelum meninggalkan Pulau Formosa :

1. Harvest Church Kaohsiung 大地豐收教會










* Gereja ini bisa dibilang adalah keluarga kedua saya selama di Taiwan. Bantuan yang mereka berikan baik itu secara moral dan material benar-benar membantu saya selama studi di Taiwan.
- Foto 1 : sehari sebelum saya meninggalkan Taiwan. Foto diambil setelah kebaktian hari Sabtu malam bersama teman-teman dari bagian profetik. (sumber : koleksi pribadi)
- Foto 2 : bersama keluarga 文斌哥 setelah makan malam di restoran spaghetti. Anak perempuan di tengah bernama 佩佩 /pei pei/, sangat suka digendong sehabis kebaktian. Miss her so muchhh... (sumber : koleksi pribadi)

2. Juniors 學弟妹們










* Bersama adik-adik kelas dari angkatan kedua sampai keempat.
Foto 1 : makan siang bersama adik-adik kelas ditemani dengan KFC fried chicken dan beberapa jenis sayur dan lauk yang diberikan oleh 廖老師 /liao lao shi/, Director of Center of Chinese Language. (sumber : Brenda)
Foto 2 : di Kaohsiung International Airport 小港國際機場, sesaat sebelum meninggalkan Taiwan untuk menuju Singapore. (sumber : koleksi pribadi)

3. Classmates 同班同學













* Bersama teman-teman seperjuangan di UF4A saat farewell party yang diadakan di Howard Hotel, Kaohsiung. Tadinya teman-teman sekelas akan mengadakan acara perpisahan besar-besaran yang akan dihadiri dosen-dosen. Tapi karena kurangnya koordinasi, acara tersebut terpaksa dibatalkan. Gantinya, beberapa teman memutuskan untuk mengadakan sendiri acara perpisahan dalam skala kecil yang terdiri dari makan malam dan acara tukar kado. Sayangnya saya harus kembali ke asrama sebelum pukul 11 malam sehingga tidak bisa mengikuti acara ini sampai selesai.

4. Close friends 好朋友們












* Atas inisiatif Donivan Hsiao 蕭煥諺, beberapa teman juga mengadakan acara perpisahan untuk saya di 50 Plaza (50樓世貿大樓). Pemandangan dari gedung ini pada malam hari sangatlah indah, kita bisa melihat dengan jelas tata kota Kaohsiung yang didesain oleh Jepang pada masa pendudukannya di Taiwan. Restoran tempat kami menikmati makan malam terletak di lantai ke-50 sehingga dapat memberikan pemandangan terbaik kota Kaohsiung pada malam hari.
- Foto 1 : bersama Mina Lai dan Amandine Liu, dua kolega selama bekerja di Department of French's Office. (sumber : koleksi pribadi)
- Foto 2 : inilah dia sang event organizer pada acara ini, Donivan Hsiao. Special thanks to him for organizing this unforgettable moment... (sumber : koleksi pribadi)










* Di Taiwan, orang biasanya mengadakan pesta perpisahan di restoran. Itulah sebabnya semua farewell parties bersama teman-teman dekat saya diadakan sambil makannn...
- Foto 1 : di salah satu restoran yang menyajikan Vietnamese cuisine pada acara perpisahan dengan Oceane Liu, senior di Department of French yang pada waktu itu bekerja di Alliance Francaise Kaohsiung (berita terakhir sekarang dia bekerja di Department of French di Wenzao). (sumber : koleksi pribadi)
- Foto 2 : bersama keluarga Andy Xu 許力中, salah satu anak dengan kebutuhan khusus di Wenzao. (sumber : koleksi pribadi)

5. Teachers and colleagues 老師及同事們



















- Foto 1 : bersama teman-teman kerja di LDCC (Languages Diagnostic and Counseling Center), tempat saya mengajar French conversation selama tahun terakhir di Wenzao. (sumber : koleksi pribadi)
- Foto 2 : di kantor fakultas bahasa Perancis bersama Patrick LIU (dosen bahasa Perancis) dan Christine YONG, Dean of French Department. (sumber : koleksi pribadi)
- Foto 3 : di depan Wenzao Dormitory bersama Liao Nan-yen, Director of Center of Chinese Language. Beliau adalah orang yang cukup berjasa selama studi saya di Taiwan, terutama saat beliau dengan sabar memberikan pelajaran tambahan untuk pelajaran Chinese Modern Prose 現代散文. (sumber : koleksi pribadi)
- Foto 4 : makan malam di restoran tradisional Taiwan di daerah Dashu, Kaohsiung County bersama Prof. Lai 賴昭志 老師 yang adalah host family saya selama 2 tahun terakhir di Wenzao. (sumber : koleksi pribadi)

Leia Mais…

5/15/11

The LIARS - the best band ever

Saat dengerin lagu di komputer, tiba-tiba berputarlah lagu 稻香 /dao xiang/ yang dimainkan oleh The LIARS waktu ikut kompetisi di Sun Yat Sen University, Kaohsiung. Saat itu juga terbayang banyak sekali memori indah yang pernah dilewati oleh The LIARS selama di Kaohsiung, Taiwan. Miss those moments damn much...

Sebenarnya nama LIARS adalah initial dari keempat personel band The LIARS.
L = Laureey (guitar + backing vocal)
I = Irwandi (guitar)
AR = Angela Retie (lead vocal)
S = Sabina alias Pipit (drum / jimbe)



I. Penampilan perdana (acara perpisahan Department T&I)

Kisah band ini bermulai pada tanggal 21 Mei 2009, tepatnya pada acara perpisahan (送舊大會) Translation and Interpreting Department di Gong Jian Hall, Wenzao.
Waktu itu, Sabina adalah salah satu panitia untuk acara tersebut. Karena saat itu belum ada alat musik perkusi (drum/jimbe), maka Sabina juga bermain gitar.
Penampilan perdana The LIARS bisa dibilang cukup sukses dan memuaskan.

II. Penampilan kedua (Wenzao Week - Foreigners Talent Competition)

Penampilan kedua The LIARS adalah pada tanggal 27 Oktober 2009, tepatnya pada acara Foreigners Talent Competition yang bertempat lagi-lagi di Gong Jian Hall, Wenzao. Saat itu, The LIARS menyanyikan lagu andalannya, yaitu 稻香 /dao xiang/ dari Jay Chou yang diremix dengan lagu 聽媽媽的話 /ting ma ma de hua/ dari penyanyi yang sama namun sedikit dimodifikasi liriknya menjadi 聽老師的話 /ting lao shi de hua/.
Lagu ini mendapat sambutan yang sangat positif dari para juri maupun penonton yang hadir. Dan pada kompetisi ini, The LIARS meraih JUARA PERTAMA. Kemenangan ini jugalah yang membuat The LIARS semakin pede untuk mengikuti kompetisi-kompetisi berikutnya.

Ini adalah video latihan The LIARS sehari sebelum menghadapi Foreigners Talent Competition.


III. Pena
mpilan ketiga (Sun Yat Sen University, Foreigners Singing Competition)

Setelah penampilan kedua yang sangat memuaskan (mendapat juara pertama), The LIARS menjadi semakin percaya diri dan mencoba untuk mengikuti kompetisi di luar kampus Wenzao supaya tidak dianggap sebagai band yang "jago kandang". Salah satu guru dari Center of Chinese Language di Wenzao memberitahu bahwa di Sun Yat Sen University, Kaohsiung akan ada singing competition for foreigners. Kemudian, The LIARS memutuskan untuk mengikuti lomba tersebut dengan tetap mengusung lagu andalannya 稻香 /dao xiang/ + 聽老師的話 /ting lao shi de hua/. Hasilnya, The LIARS kembali mendapat JUARA PERTAMA ditambah dengan penghargaan The Best Group.

Video penampilan The LIARS di Sun Yat Sen University


Note :
Waktu melihat video ini di Youtube, saya menemukan satu komentar yang sangat menarik.
"哈~原本還覺得女主唱,太多話了~
但當男合音的出現,不論是OS,還是合音,一整個就是大加分呀!
哈~如果我是唱片公司的要找新人,一定要在這場比賽中簽一個人,
應該會會找那個男合音吧!^^
雖然他當合音,但很明顯實力遠勝其他人,又能吉他自彈自唱,
真的很優!加油唷!柳樂仁!(聽影片中女主唱介紹的,用字可能有­誤,請指正)^^ "

terjemahan dalam bahasa Indonesia :

" Hahaha.. Awalnya saya merasa lead vocal-nya terlalu banyak bicara, tapi saat backing vocal muncul, baik itu saat menyanyi sendiri ataupun suara dua, langsung menambah poin pada penampilan ini. Hahaha.. Kalau saya adalah orang dari perusahaan rekaman yang sedang mencari penyanyi baru dan harus memilih salah satu orang dari kompetisi ini, saya sepertinya akan memilih si backing vocal laki-laki itu!
Walaupun dia hanya menjadi backing vocal, tapi jelas sekali bahwa kemampuannya lebih dari yang lain, apalagi bisa bernyanyi sambil bermain gitar, benar-benar hebat. Semangat ya Liu Le Ren! "

IV. Penampilan keempat (Freakin' Rock Competition - Preliminary Round)

Atas informasi dari Sabina (lagi-lagi Sabina), The LIARS memutuskan untuk mengikuti kompetisi band rock di Wenzao. Ini benar-benar sesuatu yang baru buat The LIARS karena ini pertama kalinya kami bermain dengan tidak secara akustik. Awalnya, kami sedikit kebingungan memilih drummer, tapi untungnya The LIARS mempunyai personel serba bisa : Sabina. Lagu yang kami pilih untuk kompetisi ini adalah I won't go home without you (Maroon 5) dan Welcome to my world (Simple Plan). Kompetisi kali ini adalah babak penyisihan di Wenzao dan yang menang akan mewakili Wenzao Ursuline College of Languages untuk bersaing dengan 6 wakil dari kampus lain.
Sempat tidak pede setelah melihat penampilan dari grup lain yang dihuni oleh personel-personel dengan skill di atas rata-rata, di luar dugaan The LIARS berhasil mendapat JUARA PERTAMA dan berhak untuk mewakili Wenzao.

V. Penampilan kelima dan terakhir (Freakin' Rock 七爺怪彈 - Final Round)

Setelah kemenangan pada babak penyisihan, The LIARS pun menyiapkan diri untuk menghadapi kompetisi yang membawa nama Wenzao ini. Persiapan kali ini jauh lebih matang daripada sebelumnya karena beban untuk menang juga semakin berat.
Persiapan dimulai dari pemilihan lagu. Pada babak penyisihan, lagu I won't go home without you (Maroon 5) tidak kami bawakan dengan baik. Oleh sebab itu, kami pun memutuskan untuk menggantinya menjadi Umbrella yang dulu sempat dipopulerkan oleh Rihanna.

Tampil dengan dukungan penuh dari teman-teman, kami berusaha melakukan yang terbaik pada lomba kali ini karena kami pun tahu lomba ini mungkin jadi yang terakhir. Grup-grup dari sekolah lain tampil dengan sangat baik, dengan skill yang baik dan persiapan yang matang. The LIARS akhirnya berhasil mengakhiri lomba ini dengan mendapat JUARA TIGA. Sebuah hasil yang cukup memuaskan dan membuat kami bangga.

I really miss those moments so much. Togetherness is the best lesson I learned from this band. We will never be able to come back to the past but we can keep the memories we had from the past in our hearts and our minds.

Written specially for the other three LIARS.


Leia Mais…

2010 Kaohsiung International Puppet Theater Festival - 高雄縣國際偶戲藝術節


As my French teacher, Elodie Hsu, proposed to me to work as an interpreter for 2010 International Kaohsiung County Puppet Theater Festival, I had no idea what this festival was about. However, the slogan of the festival: “ALL COMING” deeply interested me, so I decided to accept this offer. This festival is held annually in order to promote the heritages and the development of the three main types of puppet arts in Taiwan: shadow puppetry, hand or glove puppetry (布袋戲), and marionette puppetry. This year, there were at least 21 puppet theater groups from 9 different countries, such as Australia, Korea, Italy, French, Brazil, Bulgaria, etc.


This activity was held in Wei Wu Ying Art Center from 14-21 February 2010. During this period of time, my main responsibility was to accompany a French group of marionette puppetry named Teatro Golondrino and to give them any assistance needed. This puppet troupe was composed by two performers; a 32 years-old French young man, Christophe Croes (middle), founder and leader of Teatro Golondrino and his assistant, Jessie (right), who was responsible for lighting. I love working beside them so much because they were really friendly, funny and energetic.

Since the performance was mainly dedicated to children, many children and their parents came to the stage after the performance and asked Christophe to take picture with them. In spite of fatigue, he always gave his best smile to the audience and never refused their request to take photos with Milo, one of his marionettes.


During this festival, in total, there were 6 performances from Teatro Golondrino; 4 indoor and 2 outdoor. Overall, all of performances were going smoothly and successfully without any serious problem. Moreover, Christophe and Jessie seemed enjoying their stay in Taiwan and were satisfied with my service throughout the festival. For me, I really appreciate this chance because this annual festival allowed me to put into practice my language ability, French and Chinese and provided me such a precious experience in translating and interpreting domain as well.

Note : This interpreting job was very well paid. I got about NTD 3,000/day or about IDR 900,000/day. Not bad for a beginner interpreter like me.

Leia Mais…