2/4/11

Les Égyptiens se révoltent contre leur gouvernement ! (terjemahan dalam bahasa Indonesia)

Les Égyptiens se révoltent contre leur gouvernement !

« Après la Tunisie, l'Égypte ! », « Pain, Liberté, Dignité ! », scandaient des milliers de manifestants, mardi dernier, dans les rues du Caire, la capitale égyptienne. Entre 15 000 et 20 000 personnes se sont rassemblées pour demander la démission du président Hosni Moubarak. Certaines d'entre elles, comme sur cette photo, se sont opposées aux policiers anti-émeute qui ont interdit ces manifestations.

C'est encore une fois le manque de liberté et la pauvreté qui ont poussé les Égyptiens à manifester tous les jours dans les rues du Caire, depuis mardi dernier.

Après les émeutes en Tunisie qui ont renversé le gouvernement de Ben Ali, c'est au tour du président égyptien Hosni Moubarak d'être fortement inquiété par son peuple. Cette fois-ci, c'est « Dégage Moubarak ! » que l'on peut lire sur les panneaux des manifestants.

Des mots violents et sans appel, à l'image du malaise qui existe entre le peuple égyptien et le président Hosni Moubarak qui dirige le pays depuis trente ans.

Pourquoi cette révolte ?

Parce que la population vit dans des conditions de plus en plus difficiles: la nourriture de base (huile, farine) est très chère, le travail manque et la police ne leur permet pas de s'exprimer librement. Du coup, les Égyptiens éprouvent un sentiment d'impuissance qui s'est petit à petit transformé en colère.

Ces trois derniers jours, malgré la coupure du réseau Internet - pour empêcher les gens de communiquer entre eux - et l'interdiction de manifester, les Égyptiens sont quand même descendus dans la rue. Mille personnes ont été arrêtées et sept sont mortes, lors des affrontements qui ont opposé policiers et manifestants.

Aujourd'hui, de nouveaux rassemblements sont prévus dans plusieurs villes égyptiennes.

Terjemahan:

Rakyat Mesir memberontak melawan pemerintah !

«Setelah Tunisia, Mesir berikutnya », «Roti, Kebebasan, Martabat!», itulah yang dinyanyikan oleh jutaan pengunjuk rasa, Selasa lalu di jalan-jalan raya kota Kairo, ibukota Mesir. Sekitar 15 ribu sampai 20 ribu orang berkumpul menuntut pengunduran diri Presiden Hosni Mubarak. Beberapa di antara pengunjuk rasa bentrok dengan polisi anti huru-hara yang melarang aksi unjuk rasa ini.

Adalah kurangnya kebebasan dan kemiskinan yang mendorong rakyat Mesir untuk berdemo berhari-hari di jalan-jalan kota Kairo sejak Selasa lalu.

Setelah kerusuhan di Tunisia yang menggulingkan pemerintahan Ben Ali, sekarang giliran Presiden Mesir Hosni Mubarak yang terancam oleh rakyatnya sendiri. Dalam unjuk rasa kali ini, «Turun Mubarak» banyak tertulis di papan-papan yang dibawa oleh para demonstran.

Kata-kata kasar dan nyata, adalah gambaran ketidakharmonisan antara rakyat mesir dan Presiden Hosni Mubarak yang telah memimpin negara tersebut selama 30 tahun.

Mengapa pemberontakan ini terjadi?

Penyebabnya adalah karena penduduk Mesir hidup dalam kondisi yang makin lama makin sulit: makanan pokok (minyak, tepung terigu) sangat mahal, kekurangan lapangan pekerjaan dan polisi tidak mengizinkan mereka untuk berekspresi secara bebas. Akibatnya, rakyat Mesir merasakan ketidakberdayaan yang perlahan-lahan berubah menjadi kemarahan.

Tiga hari belakangan ini, walaupun terjadi pemutusan jaringan internet untuk mencegah pengunjuk rasa berkomunikasi dan larangan untuk berunjuk rasa, penduduk Mesir tetap turun ke jalanan. Ribuan orang ditahan dan tujuh orang meninggal dunia saat terjadi bentrokan antara polisi dan pengunjuk rasa.

Hari ini, beberapa kumpulan massa diperkirakan akan muncul di beberapa kota di Mesir.

Leia Mais…

2/2/11

Dunia kerja di PT. C**n L*


Perusahaan ini terletak di daerah Cik***, tepatnya di salah satu kawasan industri terbesar di daerah tersebut.
Saya masuk ke perusahaan ini sejak tanggal 16 Agustus 2010 atau sekitar 2 bulan sejak kelulusan saya.
Dalam tahap persiapan sebelum produksi, masalah yang dihadapi PT. Ch*n L* cukup kompleks dan membuat orang pusing tujuh keliling. Mulai dari urusan container yang
tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok karena izin penangguhan pajak mesin yang tidak kunjung dikeluarkan oleh Bea Cukai, sidak-sidak yang bertubi-tubi dari kepolisian (Polres, Mabes Polri), sampai pada keluhan masyarakat terhadap asap boiler yang dimanifestasikan melalui timpukan batu dan makian.

Selain itu, pengalaman yang saya dapatkan selama mengabdi pada perusahaan ini juga bisa dibilang sangat beragam walaupun kebanyakan adalah berurusan dengan orang pemerintahan. Pengalaman seperti bernegosiasi dengan petugas P2 Bea Cukai, menghadapi RT yang marah-marah sampai menggebrak meja, dan diinterogasi oleh Bagian Intelkam Polres mengenai keberadaan orang asing semua sudah pernah saya rasakan selama bekerja di PT. C**n L* ini.

Salah satu fenomena di daerah Tangerang yang mungkin jarang ditemui di daerah lain adalah calo. Keberadaan calo ini sepertinya mustahil untuk dihilangkan. Hati saya sangat miris
jika melihat para karyawan/karyawati yang melamar ke perusahaan tempat saya bekerja harus menyetor uang sebesar Rp. 1.000.000 - Rp. 1.700.000 kepada calo-calo yang biasa mangkal di warung tepat di depan pabrik.
Biasanya calo-calo ini tidak bekerja sendirian. Mereka bekerja sama dengan "orang dalam" yang lazimnya berposisi sebagai HRD atau Kepala Pabrik. Cara kerja mereka bisa dibilang sangat rapi dan sistematik. Calo-calo bertugas untuk mencari "korban" alias pencari kerja. Mereka mengiming-imingi para pencari kerja jaminan untuk masuk ke perusahaan tertentu. Kemudian calo-calo tersebut berkoordinasi dengan HRD atau "orang dalam" di perusahaan tersebut. Tujuannya adalah agar "orang dalam" tersebut bisa meloloskan / menerima calon karyawan/karyawati yang mereka bawa. Berikutnya, setelah calon pencari kerja tersebut resmi diterima bekerja, sang calo pun langsung meminta "uang jasa" kepada calon pencari kerja yang telah dibantu. Biasanya, bila orang tersebut menolak untuk memberikan "uang jasa" kepada si calo itu, HRD yang telah bersekongkol dengan si calo tidak akan memberikan kartu absen kepada karyawan tersebut sampai si karyawan menyetorkan uang yang diminta. Uang tersebut nantinya akan dibagi dua antara si calo dan si "orang dalam".
Sangat menyedihkan memang nasib calon pencari kerja yang mendapat pekerjaan melalui calo. Sebagai gambaran, UMR provinsi Banten pada tahun 2011 adalah Rp. 1.285.000. Jika "uang jasa" yang diminta si calo berkisar antara Rp. 1.000.000 - Rp. 1.700.000 berarti si karyawan harus memberikan gaji selama 1 - 1,5 bulan secara cuma-cuma kepada calo-calo. Sedangkan dengan uang segitu, mereka mungkin masih harus menghidupi anak-anak dan istrinya. Sungguh miris, bukan?

Sebentar lagi, tepatnya pada akhir Mei 2011, saya akan meninggalkan perusahaan ini. Surat pengunduran diri sudah saya buat dan akan saya ajukan secepatnya. Tidak ada masalah yang berarti antara saya dan perusahaan (pimpinan, teman kerja dan lingkungan kerja). Satu hal yang membuat saya mengundurkan diri adalah karena ketertarikkan saya di dunia pariwisata lebih besar, walaupun gaji yang akan saya dapatkan di tempat kerja yang baru (travel agent) bisa dibilang jauh lebih kecil dari gaji yang saya dapatkan sekarang. Pilihan ini cukup sulit untuk saya, namun saya berharap ini adalah keputusan yang terbaik untuk masa depan saya.

Leia Mais…