Berawal dari
iseng-iseng melihat Instagram tentang naik gunung, dalam hati berpikir “keren
juga nih..” jadi gue jadi tertarik untuk mencoba juga. Singkat kata gue
browsing di internet dan Instagram, akhirnya ketemu 1 account di IG yang memang
suka ngadain open trip. Akhirnya gue daftar dan join trip ke Gunung Guntur.
Sumpahh, gue gak ada bayangan sama sekali di mana gunung itu.
Sekilas info tentang
gunung ini : tinggi 2,249 meter dpl, erupsi terakhir tahun 1847. Jadi ini
adalah gunung berapi masih aktif yang terletak sekitar 10 km dari kota Garut.
Tiba di basecamp
(rumah warga yang dijadikan markas sebelum pendakian), gue sempat tidur
sebentar, bersih-bersih dan sarapan. Setelah siap perlengkapan tempur, langsung
berangkat menuju tempat camping. Setelah berjalan kurang lebih 7-8 jam,
akhirnya tiba juga di lokasi bermalam. Untungnya lokasi camping dekat dengan
sumber air bersih, lumayan untuk masak dan keperluan lainnya.
Salah satu hal yang
gak bisa gue lupa dengan gunung ini adalah gunung ini masih AKTIF hanya sedang
tertidur. Jadi di dalam tenda itu PANAS banget..
Besok pagi-pagi
sekali, langsung summit attack. Medan ke puncak bisa dibilang lumayan berat,
terutama kurang lebih 100 meter sebelum puncak di mana itu adalah medan
berpasir. Gambarannya adalah kita jalan ke atas 2 langkah, maka akan turun 1
langkah ke bawah. Begitu terus sampai ke puncak.
|
Foto narsis di atas puncak Guntur (gunung Cikuray di belakang) |
Pengalaman pertama
naik gunung ini cukup menarik dan membuat ketagihan. Bertemu teman-teman baru,
menaklukan rasa ngantuk untuk summit attack, kerja sama mendirikan tenda. Satu pelajaran yang
gue ambil dari pengalaman naik gunung Guntur ini mau gue coba share sekarang.
Waktu pertama mulai
meninggalkan basecamp dan berjalan menuju gunung Guntur ini, perlahan dari
kejauhan mulai terlihat bentuk gunung ini. Walaupun bisa dibilang gunung ini
tidak terlalu tinggi (2,249 mdpl) tapi waktu pertama kali gue lihat ketinggian
gunung ini, dalam hati kecil gue ngomong : apa bisa yah gue sampai ke
puncaknya? Gue harus jalan berapa lama yah baru bisa sampai? Kira-kira gue kuat
gak yah sampai ke atas?
|
Gunung Guntur dari kejauhan.. |
Pertanyaan-pertanyaan
kaya begitu yang terlintas dalam pikiran gue ditambah dengan panasnya udara
saat itu bener-bener bikin gue down dan berpikir untuk berhenti aja. Tapi gue
memutuskan untuk tetap bertahan dan berjalan selangkah demi selangkah menuju ke
puncak gunung Guntur tersebut. Dan akhirnya, gue bisa sampai ke puncaknya..
Saat gue jalan balik
ke basecamp dari lokasi camping, gw melewati jalan yang sama dan melihat lagi
pemandangan yang sama, yaitu bentuk gunung itu dari kejauhan. Gue langsung merasa
amazed gue bisa sampai ke puncak gunung yang sehari sebelumnya gue anggap
mustahil untuk gue lakukan.
Gue rasa dalam hidup
juga sama, ada beberapa hal / mimpi / keinginan yang kita anggap mustahil untuk
dicapai, mungkin karena hal itu terlalu besar, terlalu tinggi, terlalu jauh
dari jangkauan kita, sehingga kita sudah down bahkan sebelum kita punya
keberanian untuk mencobanya. Dari pengalaman naik gunung Guntur kali ini, gue
sadar satu hal : kita tidak bisa langsung mencapai keinginan / mimpi kita dalam
sekejap mata tapi yang harus kita lakukan adalah terus berjalan selangkah demi
selangkah menuju tujuan (mimpi) kita itu. Tidak peduli seberapa pelan kita
berjalan, asalkan kita tetap melangkah di arah yang benar maka pasti kita bisa
mencapainya. Tidak ada mimpi yang terlalu besar untuk digapai asalkan kita mau
memulai dan konsisten dalam melangkah untuk mencapai mimpi itu.
Leia Mais…