Kali
ini saya mau cerita tentang seseorang yang saya kenal di Taiwan dan berpengaruh
cukup besar di dalam kehidupan saya : Howger Chu. Sekilas tidak ada yang
berbeda antara kita dengan Howger, hanya saja kebetulan dia tidak bisa melihat
sejak lahir.
Selama
studi saya di Taiwan selama 4 tahun, saya menghabiskan 2 tahun terakhir saya
sekamar dengan Howger. Sebenarnya saya ditugaskan oleh kampus untuk membantu
keseharian Howger di dormitory,
seperti membelikan makanan, membawa baju kotor ke laundry room, mengantar Howger ke kelas pada pagi hari.
Terlahir
dengan mata yang tidak bisa melihat sama sekali tentunya bukan hal yang satupun
dari kita harapkan. Begitu juga dengan Howger, tentunya kita bisa bayangkan
betapa down dan hopeless seseorang yang harus menghabiskan hidupnya tanpa indera
penglihatan.
Pertama
kali bertemu di suatu hari Minggu, tepatnya satu hari sebelum masuk sekolah,
saya langsung mendapatkan impression
bahwa Howger adalah seseorang yang sangat ramah dan terbuka dengan orang lain,
sama sekali tidak ada pemikiran bahwa dia minder / tidak pede dengan
kondisinya.
Semakin
waktu berlalu, semakin saya mengenal personality
Howger. Satu hal yang saya salut dan kagum dari dia, adalah selama 2 tahun
tinggal bersama Howger sama sekali tidak pernah saya mendengar dia mengeluh
satu kali pun. Walaupun kadang tugas sekolah banyak, ditambah kegiatan extracurricular yang diikuti, tapi
Howger selalu mengerjakan tugas-tugas sekolahnya dengan bibir yang selalu
tersenyum.
Howger sedang mengerjakan tugas di komputer khusus |
Seringkali
saya merasa kesal karena tugas kuliah yang menumpuk sedangkan tidak ada cukup
waktu untuk mengerjakannya. Saya pun mulai menggerutu di meja belajar saya
sendiri. Tapi tiap kali saya melihat Howger sedang sibuk sendiri mengerjakan
PR-nya di komputernya tanpa mengeluh sedikitpun, saya merasa tertampar dan
tersadar bahwa saya tidak seharusnya mengeluh dengan kondisi yang saya hadapi.
Bagaimana
bisa seseorang yang tidak dikaruniai Tuhan dengan indera penglihatan bisa begitu
grateful dengan hidupnya? Sedangkan
saya yang dihadiahi anggota tubuh lengkap masih sering mengeluh dengan kondisi
hidup yang saya rasa tidak sesuai dengan harapan saya. Sebuah pertanyaan yang
perlu saya renungkan dan pertanyakan ke diri saya sendiri.
Selain
memiliki kepribadian terbuka dan sifat yang selalu bersyukur, Howger juga
dianugerahi Tuhan dengan suara yang bagus sekali dan kemampuan untuk bermain
alat musik, seperti gitar dan piano.
Suatu
kali saya berkesempatan untuk berkolaborasi dengan Howger dalam satu kompetisi
menyanyi dan bermain gitar. Hasilnya… saya dan Howger memperoleh juara 1 !!!
Suatu kenangan yang tidak bisa saya lupakan seumur hidup saya.
Demikian
cerita saya tentang Howger Chu, seseorang yang secara usia lebih muda dari
saya, namun mengajarkan saya banyak hal dalam hidup, terutama dalam mensyukuri
apa yang kita punya dalam hidup dan tidak mengeluh dalam menghadapi masalah
apapun.
謝謝你,朱禹豪! 從你身上我學會了很多事情 : 學會了感恩,學會了知足,學會了微笑,學會了快樂。