Berikut adalah gambaran tempat saya bekerja selama 10 bulan dari bulan Agustus 2010 sampai Juni 2011. Hasil produksi utama perusahaan ini adalah EVA (sejenis bahan foam yang sering digunakan dalam pembuatan insole sepatu). Melalui gambar-gambar di bawah ini, saya akan mencoba memberikan penjelasan mengenai situasi dan lingkungan tempat kerja saya ini.
Ini adalah ruang kerja saya di bagian Sales & Marketing di perusahaan ini. Di depan saya duduk Mr. Lu Hung Ta, Marketing Manager sekaligus pemegang saham dari perusahaan ini. Awalnya semua pekerjaan saya lakukkan sendiri, karena belum ada asisten yang cocok di bagian ini. Yang terlama hanya bekerja kurang dari seminggu saja. Di atas meja selalu tersedia kamus Mandarin - Indonesia - Mandarin yang sering saya gunakan jika ada istilah harus saya terjemahkan ke dalam bahasa Mandarin atau sebaliknya.
a. tempat penimbunan sampah
Terlihat berantakan bukan?? Inilah sampah hasil produksi yang dibiarkan begitu saja di halaman perusahaan. Alasannya agak rumit namun menarik : perusahaan ini adalah perusahaan asing yang diberikan fasilitas "Kawasan Berikat" oleh Bea Cukai Indonesia. Sebagai Kawasan Berikat, semua keluar masuk barang baik itu mesin, bahan baku produksi sampai sampah hasil produksi harus dalam pengawasan petugas Bea Cukai dan harus membayar Bea Masuk yang ditangguhkan. Pihak perusahaan yang enggan membayar pajak tersebut pun memilih untuk meletakkan sampah-sampah tersebut di halaman perusahaan walaupun tentunya sangat merusak pemandangan. Sampai saya resign dari perusahaan ini (31 Mei 2011), belum ada tanda-tanda bahwa sampah ini akan diangkut. Perusahaan besar dengan investasi jutaan dollar tapi enggan membayar pajak sampah hasil produksi yang hanya sebesar jutaan rupiah. Cukup menarik 'kan?
b. tampak luar gedung utama pabrik
Secara garis besar, proses pembuatan EVA dapat digambarkan melalui gambar di atas. Pertama, semua bahan baku diaduk rata dalam mesin kneader yang fungsinya hampir sama dengan mixer saat kita membuat kue (gambar 1). "Adonan" yang telah diaduk selama kurang lebih 12 menit pun kemudian digiling menjadi lembaran-lembaran tipis yang ukurannya disesuaikan tergantung permintaan pembeli (gambar 2). Langkah selanjutnya adalah "memanggang" lembaran tersebut di dalam mesin press yang memiliki suhu 150-180 derajat Celcius. Suhu ini lah yang akan mempengaruhi kekerasan bahan EVA (gambar 3). Terakhir, lembaran-lembaran tersebut diiris dengan ketebalan berbeda menggunakan mesin splitting (gambar 4).
- Laboratorium
Dalam laboratorium ini terdapat berbagai macam alat yang fungsinya untuk melakukan pengetesan terhadap kualitas EVA yang dihasilkan. Biasanya yang dites adalah ; elastisitas, daya tahan, kekuatan dan berat jenis. Setiap merk mempunyai standard yang berbeda-beda. Merk-merk besar seperti Adidas dan Nike biasanya menerapkan standard yang sangat tinggi untuk bahan-bahan yang dipakai untuk sepatu mereka.
4. Kamar mess
Di kamar ini saya tinggal selama kurang lebih 8 bulan. Kamar ini didesain untuk ditempati oleh 4 orang. Namun biasanya hanya saya dan Pak Sutrisno (mekanik) yang menempati kamar ini setiap harinya. Yang paling saya tidak suka dari kamar ini adalah kasur yang kayu penyangganya selalu copot setiap kali saya berbaring di atasnya.
Walaupun sekarang saya tidak bekerja lagi di perusahaan ini, namun saya tetap mensyukuri pengalaman yang saya dapat selama mengabdi di sana, terutama pengalaman bagaimana cara berhadapan dengan aparat pemerintahan (polisi, dinas tenaga kerja, petugas Bea Cukai, petugas Imigrasi, RT/RW dan sebagainya).
真正的成功是不會害人的...
1 comments:
bahan baku EVA di perusahaan itu dari biji plastik atau apa ?
Post a Comment